Senin, 19 Agustus 2013
MANUSIA SERIBU WAJAH
(Kisah Orang-orang Dulu dan Sekarang di Kutai)
Kalimantan, disebut juga
Borneo. Dulu terkenal dengan sebutan Zamrud Katulistiwa. Karena hutannya yang
lebat dan hijau. Pulau ini merupakan bagian dari Paparan Sunda (Sunda Plate).
Pulau ini memiliki rangkaian pegunungan di daerah perbatasan antara Indonesia
dan Malaysia tetapi di pulau ini hampir tidak ada aktivitas gunung merapi
(vulkanik). Di sebelah barat Kalimantan berbatasan dengan Serawak,
Malaysia. Di sebelah Timur (Kalimantan Timur) berbatasan dengan Sabah,
Malaysia.
Kalimantan Timur merupakan
salah satu karesidenan dari Provinsi Kalimantan. Sesuai dengan aspirasi
rakyat, sejak tahun 1956 wilayahnya dimekarkan menjadi tiga provinsi, yaitu Kalimantan
Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Kemudian Kalimantan Selatan
dimekarkan menjadi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah,
maka Kalimantan Timur dibentuk 2 Kota dan 4 kabupaten, yaitu:Kabupaten Kutai Barat, beribukota di Sendawar,
Kabupaten Kutai Timur, beribukota di Sangatta,
Kabupaten Malinau, beribukota di Malinau, Kabupaten Nunukan, beribukota di Nunukan, Kota Tarakan (peningkatan kota administratif Tarakan
menjadi kotamadya), Kota Bontang (peningkatan kota
administratif Bontang menjadi kotamadya). Lalu berdasarkan pada Peraturan
Pemerintah nomor 8 tahun 2002, maka Kabupaten Pasir mengalami pemekaran dan
pemekarannya bernama Kabupaten Penajam Paser
Utara.. Pada tanggal 17 Juli 2007, DPR RI sepakat menyetujui berdirinya Tana Tidung sebagai kabupaten baru di
Kalimantan Timur, maka jumlah keseluruhan kabupaten/kota di Kalimantan Timur
menjadi 14 wilayah. Pada tahun yang sama, nama Kabupaten Pasir berubah menjadi Kabupaten Paser berdasarkan PP No. 49 Tahun 2007.
Kalimantan Timur memiliki
banyak sungai. Salah satunya sungai Mahakam. Sungai dengan panjang sekitar 920
km ini melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat di bagian hulu, hingga Kabupaten
Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda
di bagian hilir. Di sungai ini
hidup spesies mamalia ikan air tawar yang terancam punah,
yakni Pesut Mahakam. Sungai Mahakam sejak dulu hingga saat
ini memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya sebagai sumber
air, potensi perikanan maupun sebagai prasarana transportasi.
Kisah ini tidak terlepas dari
sungai Mahakam. Banyak penduduk bermukim di sekitar pinggiran sungai ini. Mulai
dari Kota Samarinda sampai ke hulu sungai Mahakam. Istilah hulu untuk
menunjukkan arah menuju pangkal sungai. Sedangkan sebutan hilir untuk
menunjukkan ke arah muara sungai. Ada istilah “Loa” bila menyusuri sungai dari
Samarinda sampai Tenggarong. Ada Loa Buah, Loa Bakung, Loa Janan, Loa Duri dan
Loa Tebu. Selain itu bila kita ke pertengahan Kutai Kartanegara sampai ke Kutai
Barat ada istilah “Muara”. Ada Muara Kaman, Muara Muntai, Muara Wis, Muara Pahu
dan Muara Bengkal. Juga ada istilah “Long” bila kita menyusuri lebih ke hulu
lagi, yaitu : Long Bagun, Long Pahangai dan Long Apari. Daerah sungai dengan
sebut Long ini sungainya kecil dan tidak dalam. Banyak bebatuan, sering disebut
dengan jeram. Airnya deras. Bila musim kemarau, sungainya bisa disebrangi
dengan jalan kaki. Bila musim hujan, bisa banjir. Kadang ada istilah banjir
kiriman. Bila di hulu hujan lebat, di hilir tidak hujan, daerah hilir kena
banjir. Apalagi penambangan dan penebangan hutan merajalela. Tinggal sedikit
daerah serapan air.
Daerah hilir bila musim hujan,
airnya kadang keruh. Warna kecoklatan. Kayak air teh dicampur susu kental
manis. Juga dipinggir sungai kebanjiran rumput kumpai dan elong (sejenis enceng
gondok). Bila musim kemarau, airnya bening. Sungai kelihatan bersih. Tapi
kadang juga airnya berwarna merah bata. Orang hulu menyebutnya “bengar atau
bangai”. Biasanya banyak udang dan ikan yang bermunculan di permukaan.
Kesempatan penduduk di pinggir sungai panen ikan dan udang.
Sore hari. Nun jauh di hulu
sungai Mahakam, tepatnya di Pinang Sendawar, Melak Kutai Barat, tampak seorang
remaja tanggung sedang memancing. Orang Kutai menyebut memancing dengan
istilah“mapas”. Remaja yang bernama Panji ini cukup tampan. Tingginya sekitar
155 cm. Cukup besar untuk ukuran remaja seusianya. Hidung mancung, mata agak
besar dengan warna bola kecoklatan. Kulit putih. Rambut lurus agak pirang.
Kayak orang bule. Orang-orang tua di situ menjulukinya “urang belende”.
Maksudnya orang Belanda yang pernah menjajah Indonesia selama 350 tahun. Baju
remaja itu berwarna hijau, kelihatan lusuh dan ada sobekan kecil di kantong
baju. Sementara celana pendek warna coklat yang dipakainya juga sudah kusam.
Dia asyik duduk di atas batang besar. Batang ini ada tiga buah. Di atas batang
ada bangunan dari papan berbentuk kotak dan beratap daun. Disebut jamban.
Batang dan Jamban disebut pian. Disinilah biasanya penduduk buang air,
mandi dan mencuci.
Di seberang sungai tampak dua
ekor bekantan sedang asyik mencari kutu sambil duduk di atas dahan pohon
prupuk. Pohon ini banyak hidup di pinggiran sungai Mahakam. Bekantan merupakan
satu dari dua spesies anggota Genus Nasalis. Sebenarnya Bekantan terdiri atas
dua subspesies yaitu Nasalis larvatus larvatus dan Nasalis
larvatus orientalis. Nasalis larvatus larvatus terdapat dihampir
seluruh bagian pulau Kalimantan sedangkan Nasalis larvatus orientalis
terdapat di bagian timur laut dari Pulau Kalimantan.
Binatang yang oleh IUCN
Redlist dikategorikan dalam status konservasi “Terancam” (Endangered)
merupakan satwa endemik pulau Kalimantan. Kategori Status konservasi
IUCN Red List merupakan kategori yang digunakan oleh IUCN (International
Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) dalam
melakukan klasifikasi terhadap spesies-spesies berbagai makhluk hidup yang
terancam kepunahan. Dari status konservasi ini kemudian IUCN
mengeluarkan IUCN Red List of Threatened Species atau disingkat IUCN
Red List, yaitu daftar status kelangkaan suatu spesies termasuk bekantan.
Satwa ini juga dijadikan maskot (fauna identitas) provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan No. 29 Tahun 1990 tanggal 16
Januari 1990. Selain itu, satwa ini juga menjadi maskot Dunia Fantasi Ancol. Bekantan memiliki ciri-ciri khusus.
Yang jantan dengan cirri hidung panjang dan besar. Fungsi dari hidung besar
pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh
seleksi alam. Bekantan betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai
pasangannya.
Mungkin
jika dikaitkan dengan teori evolusi yang digagas Prof. Darwin, maka
bekantan ini yang cocok mbahnya manusia. Karena menurutnya, manusia berasal
dari kera. Paling tidak, bekantan ini mirip Profesor itu sendiri.
Bekantan termasuk binatang yang dilindungi. Karena jumlahnya sedikit..
Mulai punah. Yang banyak jenis monyet lain yaitu kera. Orang disini menyebutnya
“kode”, “bero’” dan ada juga lutung. Kode dan bero’ itu hidung pesek, tapi
warna bulu agak coklat muda. Beda kode dengan bero’ pada ekor dan badannya.
Bero lebih pendek ekornya, tubuh lebih besar. Sedang lutung, hidungnya
biasa tapi bulu hitam keputih-putihan. Baik bekantan, kode, bero’ maupun
lutung hidup dari buah-buahan dan daun-daunan (hewan herbivora) yang ada di
sekitar pinggiran sungai maupun di hutan. Kerap kali juga “mbahnya Darwin”
mencuri kebun para petani. Sehingga para monyet ini dianggap hama
oleh penduduk.
Kembali ke remaja tadi. Panji
masih serius memancing.. Tiba-tiba tangan kanannya secara reflek bergerak ke
atas. Ternyata pancingnya menukik ke dalam air. Dipatuk ikan. Tangan kirinya
menarik benang nilon. Beberapa saat kemudian tampak air beriak dan
bergelombang. Dari permukaan air itu muncul seekor ikan puyau yang cukup besar.
Mata pancing hanya lengket sedikit di insang ikan. Tahu akan hal ini dengan
cepat remaja itu menangkap badan ikan puyau itu. Orang
Kutai menyebut ikan dengan sebut “jukut”. Banyak jenis ikan tawar di sungai
Mahakam. Yang paling besar, ikan pesut dan yang paling kecil ikan bilis. Yang
banyak ikan salap, seluang dan puyau. Ada juga ikan patin, baung, lais, haruan,
sepat, jelawat dan biawan.
“Alhamdulillah, lumayan”,
Gumam remaja itu seraya memasukkan ikan puyau ke dalam ember yang ada
disampingnya. Ember yang ada agak kecil. Warnanya merah buram. Orang sini
menyebut ember dengan “timbe”. Lalu tangan kiri remaja itu mengambil mata
pancing dan mengaitkan seekor cacing. Tampak cacing menggeliat. Tidak ikhlas
dirinya disangkutkan ke mata pancing. Tapi belum sempat remaja itu melempar
mata pancing ke sungai, tiba-tiba …
“Kroek, kroek, kroek” Dua
Bekantan teriak-teriak sambil meloncat-loncat di atas dahan.. Matanya tertuju
ke arah hilir sungai. Remaja itupun kaget. Matanya menatap ke arah hilir
sungai. Tampak ada gelombang besar. Batang-batang jamban yang ada di hilirnya
bergerak kesana-kemari.
“Bras, bras, bras”, Bunyi
hempasan ombak yang beradu dengan pinggiran sungai (orang Kutai
menyebutnya dengan siring tebes). Biasanya ada kapal besar yang lewat. Namun
ini, kapal belum kelihatan, tapi sudah ada gelombang. Aneh! Tidak lama kemudian
muncul sebuah kapal besar. Depannya berbentuk kepala naga. Buritannya berbentuk
ekor naga. Warnanya hijau tua. Jika di lihat dari jauh seperti ular yang
berbadan pendek. Anehnya lagi kapal ini tidak terdengar bunyi mesin. Tapi
tampak asap mengepul dari arah buritan kapal. Ternyata kapal ini memakai bahar
bakar batu bara.
“Subhanallah”, Ucap
Panji kagum. Matanya memplototi kapal yang kini ada dihadapannya. Selama
ini dia tidak pernah melihat kapal se antik ini. Dia termangu. Mulutnya
ternganga. Mata pancing yang masih di tangannya terjatuh.. Masuk ke dalam air.
Sementara itu kapal merapat ke
batang jamban dimana Panji berada. Kemudian pelan-pelan dinding kapal terbuka.
Tampaklah para penumpang yang banyak sekali. Mungkin sekitar 100 orang. Ada
banyak laki-laki tua dan perempuan. Ada juga remaja putera dan puteri seusia
Panji. Selain itu ada beberapa anak kecil dan bayi yang berada di pangkuan ibunya.
Mata mereka semua tertuju ke arah Panji. Heran!
“Hai! Nganak! Apa nama kampung
ini? Tanya orang tua dengan nada tinggi ke Panji. Orang itu berkulit hitam
legam. Rambut lebat, kriting. Hidung mancung. Kumis tebal. Dia sambil
berjongkok disisi kapal. Matanya yang bagai elang menatap tajam ke arah Panji.
Remaja ini tampak kurang senang. Diceukinnya pertanyaan tadi. Digulungnya nilon
pancing. Seolah-olah tidak ada yang didengarnya. Dia ambil ember dan mau
beranjak dari situ. Namun…
“Nganak! Tuli yo kau!? Orang
tua tadi tidak hanya mengeluarkan kata-kata, tapi dari arah telapak tangannya
yang kiri berhembus sebuah tenaga di arahkan ke Panji. Tenaga itu mengandung
hawa dingin yang luar biasa. Bak salju. Rupanya orang tua ini kesal. Marah. Dia
merasa dicuekin.
“Jengan bepa!” Dari arah
buritan kapal terdengar teriakan. Panji dan orang tua itu sama-sama menoleh ke
buritan kapal. Di sisi kapal tampak seorang remaja puteri dengan wajah cemas. Dari
mulutnya yang mungil itu keluar larangan ke ayahnya untuk tidak menghajar
Panji. Berbeda dengan ayahnya, remaja puteri ini berkulit kuning langsat.
Rambut hitam lurus, panjang sebahu. Hidung mancung. Matanya bening ke
biru-biruan. Cantik.
Cukup beralasan puteri itu
melarang ayahnya. Tenaga dalam yang ditujukan ke Panji bisa mencelakakan siapa
saja. Tidak pandang bulu. Apalagi remaja seusia Panji.. Badan bisa beku. Tapi
nasi sudah menjadi bubur. Tenaga itu sudah dilepaskan.
“Awas!” teriak orang-orang yang
ada di kapal.
Panji yang dituju tampaknya
sudah siap menerima serangan. Ketika tinggal sejengkal lagi tenaga itu mengenai
dirinya, dia disambut hanya dengan sebuah tarikan napas. Kemudian dihembuskan.
Tampak asap kemerah-merahan keluar dari mulutnya. Ada hawa panas. Tenaga itupun
buyar! Bagaikan salju yang berguguran.
Betapa kagetnya orang tua itu.
Wajahnya merah padam. Tambah marah. Selain itu malu! Masa’ kalah oleh anak
kemarin sore. Apalagi. tadi tenaganya hampir penuh dilepaskan. Orang
dewasa saja sulit menghindarinya. Ini masih remaja dengan mudah merontokkan
tenaganya. Lalu kembali dia menarik napas sambil mata terpejam. Tangan kirinya
diangkat. Dari telapak tangan muncul asap berwarna kemerah-merahan. Bagai
kobaran api. Dahsyat!
“Jengan bepa!! Kembali
puterinya berteriak melarang. Tapi teriakan itu tidak digubris. Telapak
tangannya langsung di arahkan ke Panji. Apa mau dikata? Bila emosi menguasai
diri, maka syetanlah temannya. Lambang dari syetan adalah api. Asal muasal
penciptaannya. Marah adalah api. Kobarannya akan sirna bila disiram dengan air.
Untuk itulah Nabi Muhammad SAW pernah bersabda : “apabila kamu marah, maka
bersegeralah berwudhu”. Dengan cara ini kita mengenakan air di anggota wudhu.
Baik ketika membasuh maupun mengusap. Subhanallah!
“Astaghfirullah”, dari
kejauhan terdengar secara jelas ucapan ini. Yang mengucapkan belum kelihatan
batang hidungnya. Tapi ajaib! Serangan orang tua tadi hilang begitu saja. Orang
pemarah ini ta’jub. Mulut ternganga. Seumur-umur belum pernah ada yang mementahkan
serangannya hanya dengan suara. Namun tak lama kemudian…
“Nek Silu!”, Teriak
Panji.sambil tersenyum. Senang. Dia kenal betul suara tersebut.
“Nek Silu!!!”, Orang-orang
yang di dalam kapal juga teriak. Kaget. Sementara orang tua tadi mukanya berubah
pucat pias. Kayak mayat. Matanya menatap sendu ke sosok wanita yang ada di
depannya. Baru saja dia dan para orang di situ mendengar ucapan si nenek. Luar
biasa tenaga dalamnya! Dalam hati orang tua ini memuji sosok wanita
dihadapannya. Pantas menjadi legenda rakyat Kutai. Ya, siapa yang tak kenal
Silu. Seorang wanita yang sudah hidup ratusan tahun yang lalu. Orang-orang tua
di Kutai menyebutnya “orang jenang”. Artinya orang zaman dahulu kala. Tapi
badan berisi. Itu terlihat di balik baju kebayanya warna biru. Tidak tua renta.
Kulit kuning langsat. Halus dan lembut. Hidung mancung. Garis-garis kecantikan
masih terlihat di wajah beliau. Rambutnya ditutup sebuah selendang biru.
Bibirnya membentuk senyum semetris.
Nek Silu nama lengkapnya
“Sinar Tri Sakti Berdaya”. Nama ayahnya Sultan Berdaya. Seorang penguasa
kerajaan Panang, hulu sungai Kahala. Ibu beliau seorang selir. Saat ini masuk
wilayah Kecamatan Kenohan. Beliau memiliki tiga saudara. Kakaknya bernama
“Sinar Panca Sakti Berdaya”. Terkenal dengan sebutan “Ayus”. Sedangkan adiknya
bernama “Sinar Dwi Sakti Berdaya”. Panggilan sehari-hari “Ongo”. Nama-nama yang
melekat pada mereka berkaitan dengan kekuatan yang dimiliki. Nek Silu dengan
sebut “Sinar Tri Sakti Berdaya” karena mampu mengolah tiga unsur alam yaitu
air, api dan udara sebagai kesaktian. Begitu juga Ayus punya lima kesaktian
pada air, api, udara, tanah dan petir. Ongo sakti meramu dua unsur yaitu
angin dan hujan. Menurut kabar, Ayus berdiam di pegunungan Meratus. Sedangkan
Ongo di gunung Padai, wilayah Berau.
“Maafkan cucuku, den sanak”,
ucap nek Silu dengan suara lembut sambil tersenyum menatap orang tua
tadi. Perkataan nek Silu ini sudah menggambarkan betapa luhurnya budi pekerti
beliau. Bayangkan ! Cucu mau disakiti orang. Malah beliau yang minta maaf.
Benar-benar luar biasa! Ditambah lagi dengan sapaan “den sanak”. Sapaan ini
untuk menunjukkan persaudaraan yang sangat dekat.
Mungkin beliau itu mewarisi
sifat dan sikap Nabi Muhammad SAW. Pernah Nabi kita ini berdakwah ke Thoif,
suatu daerah yang subur sekitar 80 km dari kota Mekkah. Tetapi di daerah ini
dakwah beliau disambut dengan hujanan batu dari penduduk. Nabi terluka.
Malaikat Jibril menawarkan balasan. Sebuah gunung akan diangkat oleh Jibril dan
dilemparkan ke penduduk Thoif. Apa kata utusan Allah ini : “Jangan lakukan itu
karena mereka belum tahu apa yang saya sampaikan, saya mohon agar Allah
memberikan hidayah kepada mereka”. Subhanallah!
Supaya Busu Mbok ngan kawanan segalanya hendak tahu kesah lainnya
Silahkan Baca di link ini :
http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/298-Asal-Mula-Anak-Sungai-Mahakam#
http://ceritarakyatnusantara.com/id/browse/19-Kalimantan-Timur
Silahkan Baca di link ini :
http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/298-Asal-Mula-Anak-Sungai-Mahakam#
http://ceritarakyatnusantara.com/id/browse/19-Kalimantan-Timur
MENYELAM KEDASAR LAUTAN SEJARAH NUSANTARA MENAPAK DUNIA PERADABAN
Kerajaan Tertua di Indonesia
Sejarah mencatat bahwa di Indonesia terdapat beberapa kerajaan yang menorehkan sejarahnya dalam sejarah perkembangan Indonesia. Dari sekian kerajaan yang terdapat di Indonesia, Kerajaan Kutai Martadipura merupakan kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan Kutau Martadipura ini merupakan kerajaan yang bercorak Hindu. Kerajaan ini terletak di Kalimantan Timur dimana pusat pemerintahannya terdapat di Muara Kaman, lebih tepatnya di hulu sungai Mahakam.
Nama Kutai sendiri sebenarnya merupakan nama pemberian dari para ahli dimana nama tersebut diambil dari nama wilayah tepat ditemukannya prasasti - prasasti yang menjadi petunjuk tentang keberadaan kerajaan itu sendiri. Prasasti -prasati yang ditemukan diantaranya berbentuk tiang - tiang batu yang disebut YUPA. Yupa merupakan tempat para korban dipersembahkan kepada dewa. Yupa - yupa tersebut dibangun atas perintah raja Mulawarman.
Nama Mulawarman sendiri tercatat pada salah satu dari tujuh Yupa yang ditemukan. Pada prasasti tersebut menceritakan tentang kedermawanan hati seorang Mulawarman yang saat itu memberikan sedekah berupa 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana yang digunakan untuk kemakmuran hidup rakyatnya. Selain itu, kehidupan ekonomi kerajaan Kutai Martadipura juga terlihat sangat baik dimana pada saat itu sering diadakan korban emas yang walaupun hingga saat ini tidak diketahui darimana emas - emas tersebut berasal.
Dari prasasti Yupa yang ditemukan, diketahui pula bahwa kerajaan tertua di Indonesia ini mengalami masa keemasan dibawah pemerintahan Raja Mulawarman dimana Mulawarman dikenal sebagai seorang raja yang kuat, arif, dan bijaksana . Kerajaan Kutai Martadipura ini berakhir saat Maharaja Dharma Setia tewas di tangan Aji Pangeran Anum Panji Mendapa, Raja Kutai Kartanegara ke-13
Sejarah Nusantara Adalah Peristiwa-Peristiwa Dan Kerajaan-Kerajaan Yang Berdiri Di Nusantara Atau Dunia Melayu Sebelum Penubuhan Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, Dan Republik Indonesia. Umumnya, Sejarah Rantau Ini Dibahagikan Kepada Zaman Purba Atau Prasejarah, Zaman Kerajaan Hindu Buddha, Zaman Kerajaan Islam Dan Akhirnya Zaman Kolonial. Selepas Zaman Kolonial, Nusantara Berpecah Kepada Beberapa Negara Iaitu Brunei, Filipina, Indonesia, Malaysia Dan Timor Timur.
Wilayah Nusantara Terjadi Antara 100,000 - 160,000 Tahun Yang Lalu Sebagai Sebahagian Penghijrahan "Keluar Dari Afrika". Selanjutnya, Kira-Kira Abad Ke-20 Sm, 2000 Sm, Penghijrahan Besar-Besaran Masuk Ke Kepulauan Nusantara Dilakukan Oleh Ras Austronesia Dari Yunnan Dan Mereka Menjadi Nenek Moyang Kepada Suku-Suku Di Wilayah Nusantara Barat. Mereka Datang Dalam Dua Gelombang, Iaitu Sekitar Tahun 2500 Sm Dan 1500 Sm. Bangsa Nenek Moyang Ini Telah Memiliki Peradaban Yang Cukup Baik. Mereka Faham Akan Cara Bertani Yang Lebih Baik, Ilmu Pelayaran Bahkan Astronomi. Mereka Juga Sudah Memiliki Sistem Tata Pemerintahan Sederhana Serta Memiliki Pemimpin (Raja Kecil). Ketibaan Pendatang-Pendatang Dari India Pada Abad-Abad Akhir Sebelum Masihi Memperkenalkan Sistem Tata Pemerintahan Yang Lebih Maju (Kerajaan) Kepada Mereka, Dengan Dewawarman Merupakan Orang Pertama Yang Memperkenalkan Model Tata Pemerintahan Yang Lebih Maju Itu. Kerajaan Hindu/Buddha (0-1500) Ketika Awal Tarikh Masihi, Nusantara Diperintah Oleh Beberapa Kerajaan Buddha Dan Hindu. Agama-Agama Dharma Ini Disebarkan Oleh Pedagang-Pedagang India Yang Belayar Ke Nusantara. Kerajaan Hindu Pertama Di Nusantara, Mengikut Catatan Pedagang India Ialah Kerajaan Jawa Dwipa Di Pulau Jawa Yang Wujud Sekitar 200 Sm. Manakala, Mengikut Prasasti Yupa, Kerajaan Tertua Di Nusantara Ialah Kerajaan Kutai[1] Yang Bertarikh 400 Sm. Pada Kurun Ke 7 Hingga Kurun Ke 14, Terdapat Dua Kerajaan Besar Iaitu Kerajaan Srivijaya Dan Kerajaan Majapahit. Kerajaan Srivijaya Merupakan Kerajaan Pertama Yang Berjaya Menyatukan Nusantara Dan Membentuk Acuan Budayanya. Ini Diikuti Dengan Kerajaan Majapahit Dari Jawa. Pengaruh Hindu Ini Bertahan Sehingga Abad Ke 14 Apabila Islam Mula Memasuki Nusantara Menerusi Sumatra.
Kerajaan Islam (1500 - Sekarang) Islam Mula Menapak Di Nusantara Sekitar Kurun Ke 11 Menerusi Sumatra Apabila Kerajaan Pasai Memeluk Agama Islam. Penyebaran Awal Islam Di Nusantara Dilakukan Pedagang-Pedagang Arab, Cina, India Dan Parsi. Selepas Itu, Proses Penyebaran Islam Dilakukan Oleh Kerajaan-Kerajaan Islam Nusantara Melalui Perkahwinan, Perdagangan Tempatan Dan Peperangan. Pada Kurun Ke 14, Kesultanan Melaka Berkembang Menjadi Pusat Penyebaran Islam Di Nusantara. Setelah Kejatuhan Melaka, Pusat Penyebaran Islam Beralih Ke Kesultanan Aceh Di Sumatra. Pada Lewat Kurun Ke 15, Hampir Keseluruhan Nusantara Sudah Memeluk Islam Kecuali Di Pulau Bali, Filipina Dan Beberapa Kawasan Di Borneo, Sulawesi Dan Jawa Barat. Zaman Penjajahan Eropah Zaman Penjajahan Eropah Bermula Apabila Portugis Menawan Melaka Pada Tahun 1511. Pada Tahun 1521, Ferdinand Magellan Tiba Di Cebu, Filipina Dan Menjadikan Pulau Itu Sebahagian Daripada Empayar Sepanyol. Pada Tahun 1565, Keseluruhan Filipina Jatuh Ketangan Sepanyol Dan Dinamakan Hindia Timur Sepanyol. Pada 1602, Syarikat Hindia Timur Belanda Ditubuhkan Dan Pada Tahun 1605, Ambon Ditawan Belanda Daripada Tangan Portugis. Inggeris Pula Mula Menapak Di Nusantara Apabila Sir Francis Light Membuat Perjanjian Lisan Dengan Sultan Kedah Untuk Mendapatkan Pulau Pinang. Belanda Dan Inggeris Kemudiannya Bersaing Untuk Meluaskan Pengaruh Di Nusantara Dan Persaingan Ini Berhenti Apabila Perjanjian Inggeris Belanda 1824 Dimaterai. Perjanjian Ini Dan Juga Penjajahan Sepanyol Merupakan Titik Penting Dalam Sejarah Dimana Nusantara Mula Berpecah Belah, Daripada Sebuah Rantau Yang Bersatu Kepada Beberapa Negeri Mengikut Penjajahnya. Belanda 1. Zaman Syarikat Hindia Timur Belanda (1602 - 1800). 2.Zaman Belanda (1800 - 1942) Inggeris 1. Syarikat Hindia Timur Inggeris. 2.Malaya British. 3. Syarikat Berpiagam Borneo Utara. 4. Rajah Putih Sepanyol Hindi Timur Sepanyol. Portugis 1.Timor Portugis. 2. Melaka Portugis Jepun Empayar Jepun/ Perang Dunia Kedua (1942 - 1945)
Zaman 1 – 4 Juta Tahun Purbakala Catatan Sejarah Anthropo-Ethnologis Nusantara Bangsa-Bangsa Di Seluruh Nusantara Dan Asia Tenggara Adalah Tergolong Ras Nusantara Yang Oleh Orang Barat Disebut Austrone¬sia. Nusantara Dahulu Kala Bernama Dwipantara Yang Berpusat Di Kawasan Bumi Nusantara, Yaitu Kawasan Kepulauan Indonesia Seka¬rang. Ras Nusantara Ini Adalah Persatuan Dan Kesatuan Bangsa-Bangsa Dengan: Satu Induk Ras Nusantara, Satu Induk Tanah–Air–Nusantara, Satu Induk Kebudayaan–Nusantara, Satu Induk Bahasa–Nusantara, Satu Induk Nenek Moyang–Nusantara Semua Bangsa-Bangsa Ras Nusantara Ini Adalah Berasal Keturu¬nan Dari Satu Generasi Manusia Purba Tertua Dan Pertama Yang Mulai Muncul Lahir Di Muka Bumi Sedunia Ini, Yaitu Manusia Purba Generasi Meganthropus Paleo Nusantaraicus Dan Generasi-Generasi Hominid Dan Homo Lainnya Pada Masa 1- 4 Juta Tahun Dahulukala, Dan Yang Fosil-Fosilnya Telah Ditemukan Di Berbagai Pulau Dan Daerah Tersebar Di Seluruh Kepulauan Nusantara. Lihat: Peta 1. (Sumber: Anthropoaleontologi Von Koningswald; Geologi Van Bemmelen; Purwayuga Pangeran Wangsakerta, 1678).
Geopolitik Nusantara. Semasa Tahun 20.000 – 2.000 Sm. Sejak Ribuan Tahun Purbakala Yang Menjadi Urat Nadi Hubungan Laut Antara Dunia Barat Dan Dunia Timur Adalah Jalur Pelayaran Dan Perdagangan Lewat: Selat Malaka, Laut Jawa, Selat Karimata, Laut Sunda, Sampai Di Laut Cina Selatan. Pada Jaman Dahulu Kala Sampai Abad Ke-14 M, Semenanjung Malaya Masih Merupakan Satu Semenanjung Tanah Daratan Kering Memanjang Sampai Di Ujungnya Di Wilayah Belitung (Pulau Belitung Sekarang). Pulau Jawa Dan Pulau Sumatra Masih Merupakan Satu Pulau Yang Panjang Yang Tersambung Bersatu Oleh Sejalur Tanah Daratan Kering Di Kawasan Panaitan (Pulau Panaitan Sekarang) Dan Ujung Kulon Antara Lampung Dan Jawa Barat. Pelabuhan Palembang Masih Terletak Di Tepi Laut Terbuka Luas, Yaitu Selat Malaka, Dan Tidak Seperti Sekarang Berada Di Pedalaman Sejauh 50 Km Dari Tepi Pantai. Begitu Pula Pelabuhan Jambi Di Muara Tembesi (Muara Sabak) Yaitu Muara Sungai Batanghari, Masih Terletak Di Tepi Pantai Laut Terbuka Selat Malaka. Gunung Muria (Jepara) Di Jawa Tengah Masih Merupakan Suatu Pulau Terpisah Dari Daratan Pulau Jawa. Di Kawasan Sepanjang Jalur Perairan Nusantara Ini, Sejak Ribuan Tahun Dahulu Kala, Telah Bertumbuhan Ratusan Kerajaan-Kerajaan Kecil Dan Besar. Pelayaran Dan Perdagangan Antar-Pulau Nusantara Dan Dengan Negeri-Negeri Luar Di Mancanegara Telah Berkembang Ramai. Bahan-Bahan Dan Barang- Barang Dagangannya Diantaranya Ialah: Padi-Padian, Emas, Perak, Timah (Bahan Untuk Perunggu), Lada Atau Merica, Rempah- Rempah, Alat-Alat Besi Dan Perunggu, Gading Gajah, Dan Banyak Lagi Lain-Lainnya. Kawasan Nusantara Yang Sangat Strategis, Subur Makmur Dan Kayaraya Ini Selalu Menjadi Pusat Perebutan Kekuasaan Diantara Kerajaan-Kerajaan Pribumi Nusantara Sendiri.
Orang Asing Pertama Di Nusantara Th. 1500 – 1000 Sebelum Masehi: Pelabuhan Singkil: Di Pantai Samudera Hindia, Kawasan Tanah Batak. Sudah Terkenal Ke Negeri-Negeri Di Mesir-Kuno Dan Timur Tengah. Raja Nabi Sulaeman (Salomo) Mengutus Orang-Orang Pnoene¬sia Dari Sidon Ke Singkil Untuk Membeli Kamper Di Singkil. Pelab¬uhan Singkil Dan Barus Sudah Menguasai Ekspor Dari Tanah Batak (Kamper = Kapur Barus). Pelabuhan Sorkam Dan Pelabuhan Mungkur Memegang Monopoli Dunia Ekspor Kemenyan. Penjual Tunggal Untuk Seluruh Dunia. Kemenyan Sangat Digemari Oleh Penduduk Negri-Negri Di Timur Tengah Dan Mesir-Kuno. Digemari Oleh Raja Nabi Sulaeman Dan Oleh Raja-Raja Hemitik Dan Semitik. Pelabuhan Natal Sangat Banyak Ekspor Emas. Begitu Banyak Sampai Didatangi Oleh Pedagang-Pedagang Bangsa Phoenesia Sebelum Jaman Rumawi, Sebelum Jaman Yunani. Daerah Pertambangan Emasnya Ialah Mandailing Di Tanah Batak Selatan.
Catatan: Sejak Jaman Nabi Sulaeman (Th. 1000 Sm) Kota Damas¬kus Sudah Merupakan Pusat Perdagangan Distribusi Rempah-Rempah Yang Datang Ke Situ Dari Kepulauan Nusantara Lewat Jalan Laut Ke Kwang Tung (= Kanton) Di Negeri Cina, Dan Dari Situ Lewat Jalan Darat (Jalan Sutera) Ke Damaskus. Th. 100 Sebelum Masehi: Orang Persia Pertama Datang Di Nusantara, Ialah Di Daerah Pantai Aceh Utara. Th. 22 Sebelum Masehi : Orang Cina Pertama Datang Di Nusan¬tara, Yaitu Di Daerah Kalimantan Utara. Th. 78 Masehi : Orang Hindu Pertama Datang Di Nusantara, Ialah Di Daerah Pantai Aceh Utara. Ekspansi Cina Ke Nusantara. Th. 100 – 565 M. Tahun 1000 Sebelum Masehi: Migrasi Cina Ke Daratan Asia-Tenggara. Jaman Dinasti Chou Tahun 1122-249 Sm. Suatu Suku Bangsa Mongoloid Yaitu Suku Bangsa Syan, Terdesak Oleh Suku-Suku Bangsa Cina Dan Bermigrasi Ke Daerah-Daerah Daratan Asia Tenggara Di Sebelah Selatan. Di Sana Mereka Bercampurbaur Asimilasi Dengan Suku-Suku Bangsa Pribumi Asli Seperti Suku-Suku Bangsa: Karen, Senoi, Meo, Munda, Sakai, Dan Lain-Lainnya. Suku-Suku Bangsa Pribumi Ini Tergolong Ras Nusantara, Yang Oleh Orang Barat Disebut Austronesia, Dan Yang Sejak 600.000 Tahun Dahulu Ka¬la Telah Bermigrasi Ke Sana Menjadi Penduduk Penghuni Pertama Di Kawasan Daratan Asia Tenggara Pada Masa Jauh Terlebih Dahulu Sebelum Munculnya Manusiapurba Cina-Mongoloid “Pekinensis” Atau “Sinanthropus” Di Dunia. Sejak Terjadinya Asimilasi Suku Bangsa Syan Dengan Suku-Suku Bangsa Pribumi Itu, Maka Mulailah Muncul Kerajaan-Kerajaan Baru Di Kawasan Daratan Asia Tenggara, Yaitu Kerajaan Syan Yang Kemudian Disebut Syanka Atau Siam; Kerajaan Syan Pao Cha Yang Kemudian Disebut Kam Pao Cha Atau Kamboja; Dan Kerajaan Syan Pao Nam Yang Kemudian Disebut Syan Nam Atau An Nam Dan Syan Pao, Syan Pa Atau Campa. Kamboja Dan Anam Bersatu Juga Disebut Syan Pao Nam, Sya Pa Nao Atau Yawana.
Tahun 210 Sebelum Masehi : Migrasi Cina Ke Teluk Tongkin. Jaman Dinasti Ch’in Tahun 246-210 Sm. Kaisar Ch’in Shih Huang Ti Di Lembah Sungai Hoang Ho (Sungai Kuning) Menaklukkan, Menguasai Dan Mempersatukan Seluruh Kerajaan-Kerajaan Kecil Dengan Tangan-Besi Menjadi Satu Negara Besar Cina. Banyak Penduduk Cina Yang Tidak Mau Tunduk Kepada Pemerintahan Kaisar Ch’in. Sebagian Dari Mereka Bermigrasi Ke Negeri-Negeri Di Sekelilingnya. Sebagian Penduduk Yang Bermigrasi Itu Meresap Masuk Menjarah Ke Daerah-Daerah Di Sekitar Teluk Tongkin Yaitu Wilayah Hoa Binh Dan Dongson Do An Nam Yang Sekarang Disebut Vietnam. Di Sana Mereka Berdiam Dalam Perkampungan-Perkampungan Cina Atau Pecinan-Pecinan. Sementara Orang Cina Bercampurbaur Asimilasi Dengan Suku-Suku Bangsa Pribumi.
Tahun 100 Sebelum Masehi : Cina Menyerbu Dan Menjajah Daerah Teluk Tongkin. Jaman Dynasti Han Tahun 206 Sm. – 220 M. Bangsa Cina Dari Negeri Cina Menyerbu, Merampok, Membunuh Dan Kemudian Menjajah Daerah-Daerah Kawasan Teluk Tongkin, Yaitu Negeri-Negeri Di Kawasan An Nam Dan Kamboja. Terjadi Lagi Migrasi Besar-Besaran Penduduk Dari Negeri Cina Ke Daerah-Daerah Yang Direbutnya Itu Dan Mereka Bertinggal Disana Dalam Perkampungan-Perkampungan Cina Yang Disebut Pecinan. Teluk Tongkin Dan Seki¬tarnya Dijajah Oleh Negeri Cina. Tahun 100 Masehi : Agama Budha Masuk Ke Negeri Cina.Jaman Dinasti Han Tahun 206 Sm -220 M. Pada Tahun 64 M Agama Budha Dari India Masuk Ke Negeri Cina, Dibawa Oleh Orang-Orang India Lewat Jalan Darat Di Asia Tengah. Pada Tahun 100 M. Agama Budha Oleh Kaisar Han Wu Ti Dijadikan “Agama Negara” Atau “Agama Resmi” Di Negeri Cina. Keadaan Agama Budha Demikian Itu Berlangsung Sampai Akhir Jaman Dinasti Tang (Th. 618 – 906 M). Tahun 100 – 400 M. : Kerajaan Funan Atau Fun An (=Pnom Penh). Jaman Akhir Dinasti Han Th. 206 Sm – 220 M. Kerajaan Funan Yang Berdiri Pada Awal Abad Ke-2 M. Meliputi Kawasan Kamboja, Siam Dan Semenanjung Malaya Bagian Utara, Mengusir Penjajah Cina Dari Kawasan Teluk Tongkin. Kapal-Kapal Perang Dan Bajak-Bajak Laut Cina Dihancurkan. Tetapi Orang-Orang Cina Tetap Bercokol Di Sana Dalam Pecinan-Pecinan Dan Ikut Hidup Bernaung Di Bawah Pemerintahan Kerajaan Funan. Kemudian Dalam Abad Ke-5 Kamboja Melepaskan Diri Dari Kerajaan Funan Dan Mendirikan Kerajaan Sendiri. Catatan : Sejak Jaman Ribuan Tahun Purbakala Telah Ramai Berkembang Lalu-Lintas Pelayaran Dan Perdagangan Antara Kerajaan-Kerajaan Di Kepulauan Nusantara Dengan Kerajaan-Kerajaan Di Daerah Asia Tenggara.
Tahun 100 – 200 M : Negeri Cina Meluaskan Ekspansinya Ke Nusantara. Jaman Akhir D1nasti Han Th. 206 Sm–220M. Negeri Cina Mulai Mengembangkan Ekspansi Penjajahannya Ke Kawasan Kepulauan Nusantara. Berpangkalan Di Kwan Tung (= Kanton) Yang Sekaligus Dijadikan Pusat Bandar Dan Pelabuhan Perdagangan Di Cina Selatan. Dikirimkan Ekspedisi-Ekspedisi Kapal Dagang, Kapal Perang Dan Perampok-Perampok, Bajak-Laut Cina Ke Formusa (Taiwan), Daerah-Daerah Filipina Ke Daerah Kalimantan Sebelah Utara, Laut Cina Selatan,Teluk Siam, Kalimantan Barat, Semenan¬jung Malaya Sampai Masuk Ke Selat Malaka. Sementara Orang Cina Ada Yang Menyasar Terdampar Ke Daerah Minahasa Di Sulawesi Utara. Di Tempat-Tempat Pelabuhan Dagang Ekspedisi-Ekspedisi Cina Itu Menurunkan Orang-Orang Cina Untuk Menetap Di Sana Sebagai Pedagang. Mereka Bertinggal Dalam Perkampungan-Perkampungan Cina Yang Disebut Pecinan. Banyak Barang-Barang Hasil Perdagangan Dan Hasil Perampokan Atau Perampasan Bajak-Laut Cina Mengalir Ke Kwan Tung (Kanton) Yang Di Waktu Sebelum Itu Hanya Menjadi Pusat Penampung Perdagangan Transit Saja. Bahan Dan Barang Perdagangan Itu Dari Kwan Tang (Kanton) Masuk Ke Pedalaman Negeri Cina Dan Sebagian Dari Peking Diperdagang Kan Ke Negeri-Negeri Di Asia Tengah Sampai Ke Negeri-Negeri Di Wilayah Rumawi Melalui Jalan Darat (Jalan Sutera) Di Asia Tengah.
Tahun 100- 200M: Pelayaran Perdagangan Dari India Ke Cina. Jaman Akhir Dinasti Han Th. 206 Sm – 220 M. Mulai Terjadi Pelayaran Perdagangan Dart India Ke Negeri Cina Melalui Selat Malaka, Laut Jawa, Selat Karimata, Laut Sunda Dan Laut Cina Selatan. Sebelum Itu Hubungan Dagang Kedua Negeri Tersebut Berlangsung Melalui Jalan Darat Di Asia Tengah Yang Disebut “Jalan Sutera”. Hubungan Persahabatan India–Cina Mulai Tumbuh Baik Sekali Setelah Masuknya Agama Budha Ke Negeri Cina Melalui Jalan Darat Di Asia Tengah Pada Tahun 64 Masehi. Pedagang-Pedagang India Dalam Pelayarannya Ke Negeri Cina Juga Diperlindungi Oleh Kapal-Kapal Perang Dan Disertai Pula Oleh Perampok-Perampok Bajak-Laut Orang India. Pedagang-Pedagang Indiapun Mendirikan Koloni-Koloninya Sendiri Yaitu Yang Disebut “Kampung Keling” Di Bandar-Bandar Pelabuhan Dagang Yang Dilalui¬nya Di Nusantara. Pada Awal Abad Ke-2 Masehi Kapal-Kapal Dagang India Berserta Kapal-Kapal Perang Dan Perampok Bajak-Lautnya Itu Dipimpin Oleh Dewa Warman, Seorang Pedagang Asal Negeri Palawa Yang Juga Bertindak Sebagai Utusan Dagang Dari Negeri-Negeri Palawa, Salangkayana, Benggala, Dsb. Perampok-Perampok Bajak-Laut Cina Dan India Banyak Yang Ditumpas Oleh Kerajaan-Kerajaan Pribumi Nusantara Di Sepanjang Perairan Selat Malaka Sampai Di Laut Cina Selatan. Catatan : Antara Orang Cina Dan Orang India Timbul Suatu Persahabatan Yang Sangat Akrab Pada Masa Tahun 100 – 900m. Persa¬habatan Ini Tumbuh Karena Banyak Sekali Persamaan-Persamaan Dalam Agama, Kepercayaan, Pandangan-Hidup (Falsafah) Dan Moral Dari Kedua Ras Tersebut. Agama Cina Adalah Agama Tao (= Dewa, Tuhan, Yang Gaib) Yang Bercorak Polytheisme. Agama Budha Demikian Pula. Perbedaannya Hanya Pada Jumlah, Jenis Dan Sebutan Dewa-Dewa Saja. Pandangan-Hidup Cina Adalah Moralisme Atau Ajaran Moral Dari Kong Hu Chu (Konfusianisme) Dan Lao Tse Yang Oleh Orang Cina Dianggap Sebagai “Nabi”. Moralisme Cina Ini Berdasarkan Pandangan “Adanya Kemanunggalan Alam Dan Manusia” Yang Oleh Orang Barat Disebut “Pantheisme”. Yaitu Adanya Keterjalinan Hidup Antara Alam-Lahir Dan Alam-Gaib Dengan Manusia Yang Masih Hidup Dan Arwah Manusia Yang Telah Meninggal. Penghormatan Dan Pemujaan Terhadap Arwah Leluhur Nenek Moyang Cina Adalah Bersumber Kepada Agama Tao Dan Moralisme Cina Tersebut. Demikian Pula Bagi Orang-Orang India Yang Menganut Agama Budha Yang Bobotnya Terletak Pada Ajaran Moral Dari Gautama Budha Yang Juga Dipandang Sebagai “Nabi” Oleh Para Pengikutnya. Pantheismepun Sebenarnya Ada Dalam Agama Budha, Yaitu Kepercayaan Tentang ”Reinkarnasi” Yang Pada Hakekatnya Adalah Sama Dengan Adanya Hubungan Antara Suatu Arwah-Manusia Yang Telah Meninggal Dengan Manusia Yang Hidup. Kepercayaan “Reinkarnasi” Ini Mengaki¬batkan Juga Timbulnya Penghormatan, Pemujaan Dan Pendewaan Terha¬dap Suatu Leluhur Atau Nenek-Moyang. Demikianlah Dekatnya Keper¬cayaan Dan Pandangan-Hidup Dalam Agama Tao Cina Dan Agama Budha India. Karena Itulah Agama Budha Dijadikan “Agama Resmi Atau Negara” Di Negeri Cina Pada Th. 100 M. Walaupun Demikian Dalam Bidang Kepentingan Hidup Sering Juga Terjadi Bentrokan-Bentrokan Antara Orang Cina Dan Orang India Yang Beragama Budha.
Tahun 100-200m: Kapal Perang Dan Bajak-Laut Cina Dan India Meranjah Negeri Salaka Di Jawa Barat Dan Lampung. Jaman Akhir Dinasti Han Th.206 Sm – 220 M. Kapal-Kapal Perang Dan Perampok Bajak-Laut Cina Dan India Datang Menjarah Dan Merampok Ke Negeri Salaka Di Kawasan Sekitar Selat Sunda, Yaitu Di Wilayah Banten Dan Lampung. Kapal-Kapal Perang Dan Perampok Bajak-Laut Cina Dan India Itu Dihancurkan Oleh Angkatan Bersenjata Kerajaan Salaka Atas Perintah Raja Aki Tirem Atau Aji Tirem Luhur Mulya. Dalam Catatan Negeri Cina Diberitakan: Adanya Negeri Dan Raja Ye Tiao Dan Tiao Pien (= Aji Tirem Dan Negeri Tirem); Ko Ying (= Kota-Perak = Rajata-Pura); Teluk Weh (Weh = Teluk Atau Perairan = Way = Teluk Atau Selat Sunda Sekarang); Pu Lei (=Pulau Merapi = Gunung Krakatau Sekarang). Kemudian Pada Tahun 130 M. Raja Salaka Aki Tirem Mengirimkan Utusan Dagangnya Ke Negeri Cina.
Catatan : Ye Tiao Diartikan Juga = Yawa Dwipa = Yaba Diou = Pulau Jawa (Sumber: Berita Cina Dan Naskah Pangeran Wangsakerta 1678). Tahun 238 M : Kapal Perang Dan Bajak-Laut Cina Menyerang Lagi Ke Salaka. Terjadi Serangan Kapal-Kapal Perang Dan Perampok Bajak-Laut Cina Kekerajaan Salaka. Ditumpas Habis Oleh Tentara Salaka. Kemudian Raja Salaka Iii Mengadakan Hubungan Dagang Dengan Negeri Cina. Tahun 252-276 M Kapal Perang Dan Bajak-Laut Cina Menyerang Lagi Ke Salaka. Jaman Raja Salaka V. Datang Lagiserangan Kapal-Kapal Perang Dan Bajak-Laut Cina Ke Kerajaan Salaka. Raja Salaka V Gugur Dalam Pertempuran Di Laut. Tetapi Kapal-Kapal Perang Dan Bajak-Laut Cina Dihancurkan. Tahun 399 – 403 M : Raja Purnawarman Menghancurkan Kapal-Kapal Perang Dan Bajak-Laut Cina Dan India. Jaman Negera Taruma Di Jawa Barat. Orang Cina Menyebutnya To-Lo-Mo. Kerajaan Salaka Dilanjutkan Oleh Kerajaan Tarum Atau Taruma. Rajanya Ialah Purnawarman Yang Berasal Dari Kerajaan Sunda Sembawa Yang Berpusat Di Kota Desa Sunda (=Sunda Pura) Di Lembah Sungai Citarum.
Tahun 399 M : Kapal-Kapal Perang Dan Perampok Bajak-Laut Cina Dan India Makin Merajalela Di Seluruh Perairan Barat Dan Utara Mulai Dari Laut Cina Selatan, Laut Sunda, Laut Jawa, Selat Malaka Sampai Ke Samudera Hindia. Seorang Menteri Taruma Berserta Rombongannya Yang Sedang Dalam Pelayaran Diserang Dan Ditawan Lalu Dibunuhnya. Purnawarman Bertindak. Ia Sendiri Memimpin Angkatan Lautnya Dan Melakukan Serangan Terhadap Kapal-Kapal Perang Dan Perampok Bajak-Laut. Serangan Pertama Dilakukan Di Perairan Ujung Kulon. Semua Kapal Perang Dan Bajak-Laut Cina Dihancurkan Dan Semua Orang Cina Dibunuh Dan Mayatnya Dibuang Ke Laut. Telah Lama Perairan Sekitar Pulau Jawa Sebelah Utara, Barat Dan Timur Dikuasai Kapal-Kapal Perang Dan Perampok-Perampok Bajak-Laut Cina Dan India. Jumlah Mereka Tak Terhitung Dan Tersebar Di Seluruh Lautan. Semua Kapal Diganggu Dan Semua Barang Yang Ada Di Dalam Kapal Dirampas. Tak Ada Yang Berani Memasuki Atau Melalui Peraiaran Laut Itu, Karena Sepenuhnya Dikuasai Kapal-Kapal Perang Dan Perampok Bajak-Laut Yang Ganas Dan Kejam. Kemudian Purnawarman Mengangkat Seorang Pamannya Menjadi Panglima Angkatan Laut Taruma Yang Melindungi Pelayaran Perdagangan Di Sepanjang Perairan Laut Dari Taruma Ke Semenanjung Mendi¬ni (Malaya, Lingga, Bangka, Belitung), Ke Syangka (Siam), Yawana (Kamboja), Campa (Anam= Vietnam Sekarang), Ke Bakulapura (=Tan¬jungpura Di Kutai, Kalimantan Timur), Ke Kerajaan-Kerajaan Di Sumatra, Ke Cambay Di India Dan Ke Negeri Cina. Tahun 400 – 500 M : Perwakilan-Dagang Cina Di Nusantara. Pada Awal Abad Ke-5 Hubungan Pelayaran Dan Perdanganan Santara Negeri-Negeri Di Nusantara Dengan Negeri Cina Dan Negeri-Negeri Di Sebelah Barat Dari Nusantara Mulai Berjalan Aman Tanpa Gangguan Ditengah Laut. Cina Mulai Menempatkan Perwakilan-Perwak¬ilan Dagangnya (Konsulat Dagang) Disertai Dengan Pembentukan Pecinan-Pecinan Di Bandar-Bandar Pelabuhan Dagang Di Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan Barat Dan Di Kalimantan Utara. Tahun 449 M: Utusan Negeri Cina Pertama Ke Nusantara. Utusan Resmi Dari Negeri Cina Yang Pertama Ke Nusantara Ialah Diutus Oleh Kaisar Liu Sung Ke Negeri Taruma (To-Lo-Mo) Di Jawa Barat Pada Tahun 449 M. Tahun 565 M : Utusan Taruma Dihadang Di Laut Cina Selatan. Dalam Th.565 M Raja Taruma Bernama Kretawarman Mengirimkan Utusan Dagang Ke Negeri Cina. Di Tengah Laut Cina Selatan Kapal Utusan Taruma Itu Dihadang Oleh Kapal Perang Dan Bajak-Laut Cina. Terjadi Pertempuran Yang Berakhir Dengan Dihancurkannya Kapal Perang Dan Bajak-Laut Cina. Orang Cina Semuanya Dibunuh, Mayat-Mayatnya Ditumpuk Menjadi Satu Di Atas Geladak Kapalnya, Lalu Di¬bakar Habis. Setelah Itu Kapal Utusan Taruma Melanjutkan Pelaya¬rannya Sampai Ke Negeri Cina.
Migrasi Cina-Mongol Ke Asia Tengah Th. 400 – 500 M. Dalam Abad Ke-5 M. Bangsa Mongol Dan Cina Bermigrasi Besar-Besaran Ke Wilayah Asia Tengah, Lalu Menguasai Belahan Benua Tersebut. Bangsa-Bangsa Di Asia Tengah Yang Tidak Mau Takluk Kepada Cina-Mongol Meninggalkan Negerinya Masing-Masing. Sebagian Dari Mereka Masuk Wilayah India Utara Dan Kemudian Terkenal Di Sana Sebagai Bangsa Kushan. Bangsa-Bangsa Lainnya Disebelah Barat Mulai Terdesak Dan Bergerak Pindah Pula. Perpindahan Penduduk Itu Berlangsung Beb¬erapa Abad Lamanya. Bangsa Hun Masuk Menjarah Ke Negeri-Negeri Di Wilayah Kekua¬saan Kerajaan Rumawi Dalam Abad Ke-5 Dan Menklukkan Daerah Daerah Eropa Timur, Eropa Tengah Dan Eropa Barat. Penyerbuan Bangsa Hun Itu Mengakibatkan Timbulnya “Jaman Gelap” Dalam Sejarah Eropa Pa¬da Abad-Abad Pertengahan Th. 500 – 1500 M. Geopolitiknusantara Th. 600 – 700 M Kerajaan-Kerajaan Pribumi Nusantara. Dalam Abad Ke-7 Kerajaan-Kerajaan Pribumi Nusantara Yang Tumbuh Nenjadi Negera Besar Dikawasan Jalur Pelayaran Dan Perdan-ganan Dunia, Diantaranya Ialah: 1. Pali Atau Poli, Di Sumatra Utara Yang Berpusat Di Daerahsekitar Sungai Pasi (Peusangan) Dan Sungai Aceh. 2. Nagur, Di Sumatra Utara Yang Berpusat Di Daerah Tanah Batak. 3. Minangkabau, Di Sumatra Barat Sampai Daerah Riau Di Kawasan Sungai Rokan, Siak, Kampar Dan Sungai Bantang Kuantan (=Sungai Indragiri). 4. Melayu Jambi, Didaerah Kawasan Sungai Batanghari Dan Batang Tembesi. Berpusat Di Jambi. 5. Melayu Palembang, Di Daerah Kawasan Sungai Musi. Berpusat Di Palembang. 6. Sriwijaya, Yang Meliputi Daerah Pantai Sumatra Timur Dan Sumatra Utara, Semenanjung Malaya, Kepulauan Nukobar, Dan Kepulauan Andaman. Didirikan Pada Tahun 676 Oleh Da Punta Hiyang Jayanasa, Seorang Raja-Daerah Minagkabau. Berpusat Di Jambi. 7. Taruma Dan Sunda, Di Daerah Kawasan Lampung Dan Jawa Barat. Berpusat Di Sundapura. 8. Galuh, Di Daerah Kawasan Parahiyangan Dan Banyumas. Berpusat Di Galuh. 9.Sima Atau Simo, Yang Kemudian Juga Disebut Kalingga, Kalanggara, Keling, Atau Holing. Di Jawa Tengah, Jawatimur, Madura Dan Bali. Berpusat Di Simo, Jawa Tengah. 10. Banjar Mahasin (Banjarmasin), Di Kalimantan Selatan. 11. Kutai, Di Kalimantan Timur. Berpusat Di Bakulapura (Martapura), 12. Kutawaringin, Di Kalimantan Baratdaya. Berpusat Di Kutawaringin. 13. Sambas, Di Kalimantan Barat, Di Sekitar Lembah Sungai Sambas Sampai Suingai Kapuas. Berpusat Di Kota Sambas. Suatu Daerah Kayaraya Emas. (Dalam Abad-7 Kota Sambas Masih Terletak Di Tepi Pantai Laut Selat Karimata) 14. Serawak Dan Brunai Di Kalimantan Utara. 15. Makasar Dan Bugis, Di Sulawesi Selatan Dan Tenggara. Berpusat Disekitar Makasar (Ujungpandang).
Pada Jaman Sebelum Masehi Orang Bugis Dan Makasar Sudah Pandai Membuat Kapal Yang Terkenal Dengan Sebutan “Kapal Penisi” Yang Dilengkapi Layar. Sejak Abad Ke-14 Orang Bugis Dan Makasar Sudah Pandai Membuat Meriam. 16. Kerajaan-Kerajaan Di Kawasan Maluku Dan Kepulauan Timor, Yang Membawahi Kerajaan-Kerajaan Kecil Di Irian.Nusantara Timur Ini Sejak Jaman Dahulu Kala Adalah Penghasil Rempah-Rampah Terbesar Diseluruh Dunia. Tahun 600 – 700 M : Kekayaan Bumi Alam Nusantara. Daerah-Daerah Sungai Dareh Dan Batanghari Di Jambi Adalah Daerah Penghasil Merica/Lada Yang Terpenting Diseluruh Dunia Pada Masa Th. 500 – 1000 M. Kemudian Daerah Merica Terpenting Itu Bergeser Ke Daerah: - Kuntu-Kampar Di Minagkabau Timur Th. 1000 – 1400 - Minagkabau Pusat Di Sumatra Barat Th. 1400 – 1600 - Aceh Barat Th. 1600 – 1800 - Lampung, Bangka Dan Bantenth. 1800 – 1900. Daerah Maluku, Timor Dan Nusa Tenggara Timur Sudah Sejak Sebelum Sampai Sekarang Adalah Penghasil Rempah-Rempah, Kecuali¬ Merica, Terbesar Diseluruh Dunia. Tanah Batak Adalah Penghasil Kamper Dan Kemenyan Terbanyak Di Seluruh Dunia. Daerah Aceh, Tanah Batak, Mandailing, Kaliman¬tan Barat, Kalimantan Tengah Dan Kalimantan Timur, Adalah Daerah Penghasil Emas Terbesar Di Nusantara Pada Masa Itu. Kalimantan, Terutama Kalimantan Selatan Adalah Daerah Penghasil Intan Dan Batu-Manikam Yang Terkenal Di Nusantara Dan Di Mancanegara.
Tahun 600-700M: Kerajaan Pali Atau Poli Th. 500-676M. Di Belahan Sumatra Bagian Utara. Berpusat Di Daerah Sekitar Muara Sungai Pasai Di Kawasan Aceh Utara. Sejak Jaman 100 Tahun Sebelum Masehi Di Sekitar Muara Sungai Pasai Itu Sudah Ada Suatu Koloni Orang Persia. Sungai Pasai Adalah Sungai Terbesar Di Aceh Utara Di Tepi Selat Malaka. Kera¬jaan Pali Beragama Budha Hinayana. Sangat Banyak Di Singgahi Oleh Peziarah-Peziarah Cina Yang Pergi Ziarah Ke Nalanda Di India. Pada Th.676m Kerajaan Pali Direbut Oleh Sriwijaya. Pada Masa Sebelum Masehi Orang-Orang Parsi (=Persia) Sudah Melakukan Pelayaran Dagang Lewat Jalan Laut Ke Nusantara. Untuk Persinggahan Kapal-Kapal Parsi, Orang-Orang Parsi Mendirikan Koloni Di Bombay, India, Dan Di Perlak (=Peureulak) Di Muara Sungai Peureulak Di Pantai Aceh Utara. Dalam Bahasa Parsi, Perlak Itu Disebutkan “Tadj I Alam” Artinya “Mahkota Alam”. Di Dalam Catatan Sejarah Cina “Tadj I Alam” Disebut “Ta Chih” Yang Oleh Cina Dijadikan Nama Untuk Semua Koloni Islam Antara Selat Malaka Dan Teluk Persia, Termasuk Singkil Yang Oleh Cina Hanyalah Dike¬nal Dari Cerita-Cerita Saja.
Dalam Ajaran Filsafat Hindu, Dizaman Kemaharajaan Kutai Mulawarman, Ada Lima Keyakinan Dan Kepercayaan Yang Disebut Dengan Pancasradha Kelima Keyakinan Tersebut, Yakni:
1. Widhi Tattwa : Percaya Kepada Tuhan Yang Maha Esa Dan Segala Aspeknya.
2. Atma Tattwa : Percaya Dengan Adanya Jiwa Dalam Setiap Makhluk .
3. Karmaphala Tattwa : Percaya Dengan Adanya Hukum Sebab-Akibat Dalam Setiap Perbuatan.
4. Punarbhava Tattwa : Percaya Dengan Adanya Proses Kelahiran Kembali (Reinkarnasi).
5. Moksa Tattwa : Percaya Bahwa Kebahagiaan Tertinggi Merupakan, Tujuan Akhir Manusia Widhi Tattwa Omkara. Aksara Suci Bagi Umat Hindu Yang Melambangkan "Brahman" Atau "Tuhan Sang Pencipta".
Jadi nenek moyang bangsa Indonesia adalah mereka-mereka yang menjadi pencetus peradaban dunia. Nusantara adalah pusat dari peradaban dan asal muasal dari semua peradaban di planet bumi ini. Benar atau tidak, percaya atau tidak, kembali kepada diri kita. Anggaplah semua cerita kawan ini benar, maka sangat pantas bagi kita untuk bangga kemudian menguatkan rasa percaya diri kita bahwa kita adalah manusia-manusia unggul. Kalau kemudian kita menjadi terpuruk seperti saat ini, maka itu semua karena ulah kita yang melupakan asal-usul kita. Siapa sesungguhnya kita dan darimana kita berasal.
(Sumber Dari Sri Maharaja Kutai Mulawarman,, pewaris peradaban Kerajaan Nusantara sekali lagi bukan Kutai Kartanegara )
Jumat, 16 Agustus 2013
Pandangan dan Harapan Desa Rantau Hempang Di Masa Yang Akan Datang
Dalam Sejarah Kerajaan tertua di Indonesia Desa Rantau Hempang merupakan daerah terdekat dengan lokasi Kerajaan Kutai Muarakaman selain desa Tebalai, Desa Loleng dan juga Desa Sabintulung. Desa tersebut merupakan daerah yang mengelilingi Muarakaman satu kecamatan yang tak terpisahkan satu sama lain. Demikian halnya dengan Desa Rantau Hermpang masih berikatan darah dengan Desa Sabintulung, kalau penduduk kampung biasa mengatakan Rantau Hempang adalah Kampung Sabintulung Hanyut ,hal ini dikarenakan hampir semua pada masa itu masyarakat kampungnaya adalah orang - orang Sabintulung dengan sebab kebiasaan mereka yang tekun mencari lahan untuk pertanian dan mencari ikan. Kebetulan daerah Rantau Hempang ini sangat subur dan juga daerahnya sangat indah, dengan perpaduan antara lahan kering dan basah hingga dengan mudahnya ditumbuhi berbagai macam aneka ragam kebutuhan pertanian dan keperluan pencarian ikan, seperti banyak pohonan bambu dengan beragam jenis dimulai dari yang besar sampai bambu terkecil semua ada di daerah ini seperti preng, haor, buluh dan lain lain. Demikian pula dengan rotan yang biasa mereka orang kampung menyebutnya penjalin, ada penjalin Sega, lentong,boto', dahanan dll yang sangat diperlukan dalam bercocok tanam dan mencari ikan. Hingga akhirnya mereka menetap dengan menamakan daerah ini dengan sebutan Rantau Hempang, bersamaan dengan keadaan merantau untuk membuat hempang yang terbuat dari bambu yang dijalin dengan rotan menghasilkan tangkapan ikan yang banyak.
Selain bambu dan rotan, desa Rantau Hempang juga memiliki potensi lain seperti daun selingsing yang tumbuh dilahan pasang surut air, adapun potensi daun selingsing ini digunakan masyarakat sebagai bahan pembuatan seraung khas daerah ini. Seraung ini sampai sekarang masih dapat kita temui di daerah ini karena sebagian masyarakat kampung masih menggunakan seraung saat berladang apalagi saat membuka lahan baru dan panen padi gunung. Ada juga pohonan baik untuk bangunan dan ukiran seperti mahoni , ulin , meranti dan kayu bakar sepert kayu laban dll.
Sebelum perkebunan kelapa sawit muncul wilayah Rantau Hempang ini kaya akan buah-buahan karenakan kebiasaan masyarakat kampung yang tekun dan rajin setiap memakan buah yang dibawa dari desa Sabintulung dan membuka lahan di Rantau Hempang selalu menyempatkan menggali tanah dan memasukkan biji buah-buahan yang telah dikupas dan dimakan isinya ke dalam tanah. Karena lama dari musim kemusim , tumbuhlah pohon buah yang mereka tinggalkan itu dengan bebas di bumi ini dengan sesekali ketika berjumpa selalu disiangi dan dijaga dengan baik selagi mencari daerah subur lain untuk bercocok tanam baru, demikin seterusnya setiap membuka lahan baru selalu menanam buah-buahan seperti tanaman khas kampung ini umumnya seperti cempedak, elay, asam, rambutan, langsat dll. Karena adanya kelapa sawit tahun 2007-2008, tanaman buah ini sudah mulai berkurang terutama di 6-8 KM dari Kampung. Hanya saja dikarenakan kebijakan adat , maka perusahaan tidak boleh memasuki dan beroperasi di 6-8 KM diatas kampung Rantau Hempang. Tentunya hal ini membuat angin segar pula bagi masyarakat pencinta buah lokal untuk mengembangkan buah-buahan di dekat perkampungannya dikarenakan ketidak jelasan manfaat dari plasma kelapa sawit yang sampai sekarang belum ada kepastian pembagian hasil dan apakah mengarah kepada kesejahteraan petani, ternyata jauh dari harapan dan selalu banyak keluhan para petani plasma. Penulis di Blog ini masih mengoreksi kinerja pengusaha sawit dalam upaya kesejahteraan petani sawit, sehingga adanya saling keterkaitan antara petani dan pengusaha agar tidak ada gejolak masyarakat di masa yang akan datang.
Boleh saat ini pemikiran dan ilmu pengetahuan masyarakat Rantau Hempang masih jauh di bawah dari pengusahaa dan staff manjemen, tapi perlu kita ingat banyak putra daerah Rantau Hempang yang mengenyam pendidikan di luar sana tidak akan membiarkan hal ini terus menerus Desa kita menjadi makanan empuk pengusaha semata. Contohnya Penulis blog ini adalah salah satu sebagian Putra Daerah Rantau Hempang yang sekian tahun orang tua berpindah-pindah dalam mencari ilmu dan kehidupan dari desa Rantau ke Emballut-Separi, kemudian hijrah ke teluk Dalam-L3, kemudian hijrah ke Samarinda mengembangkan pengetahuannya. Untuk Saudara- saudaraku saatnya lah kita bangkit dan bersatu demi kemajuan kampung kita Desa Rantau Hempang yang sejarahnya tiada dapat terpisahkan dengan Muarakaman KERAJAAN KUTAI MARTADIPURA raja besar MULAWARMAN.
Tetap hidup Desa ku yang Ramah dan santun, namun ingat jangan mudah diperdaya dengan operasi besar Sawit dan batubara, dengan tetap menyisakan keperluan budaya kampung kita yaitu bercocok padi gunung dan buah-buahan, serta memelihara ikan tetap lestari sehingga anak-anak cucu selalu mengingat sejarah besar leluhurnya.
Demikian, mohon maaf jika ada kata yang salah dan menyinggung perasaan saudara-saudaraku di berbagai pihak. Kuncinya Saudara-saudaraku di Hempang memang tetap harus ramah dan santun namun haruslah keras ketika kita ingat dan menghargai leluhur demi masa depan anak cucu kita.
<andie-putra rantau hempang>
Kamis, 15 Agustus 2013
Profil
Desa Rantau Hempang diperkirakan ada sejak tahun 1915 yang penduduknya sebagian besar berasal atau perpindahan dari desa Sabintulung yang pergi merantau untuk mencari penghidupan baru. Desa Rantau Hempang dulunya juga memiliki kekayaan yang beraneka ragam tanaman dan tumbuhan hutan, diantaranya pohon-pohon yang besar dengan segala jenis tumbuhan, termasuk juga tanaman bambu dan rotan yang bisa dimanfaatkan oleh para nelayan sebagai bahan untuk membuat Hempang penangkap ikan sesuai dengan namanya Rantau Hempang.
Lokasi Desa Rantau Hempang sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bunga
Jadi ( SP 5 ) dan Desa Sabintulung, sebeelah Timur berbatasan dengan
Desa Benua Puhun, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Loleng Kec.
Kota Bangun dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Muara Kaman Ilir.
Luas Wilayah Desa Rantau Hempang sekitar 22.002 Ha dengan jumlah
penduduk dulunya sekitar 300 jiwa. Sekarang jumlah penduduk Desa Rantau
Hempang 1461 jiwa dengan jumlah kepala Dusun sebanyak 3 orang dan Ketua
RT sebanyak 10 orang, sebagian besar suku kutai.
Mayoritas pekerjaan sehari-hari masyarakat Desa Rantau Hempang dulunya
adalah Petani dan Nelayan. Sekarang dengan adanya perkembangan jaman
yang semakin maju, masyarakat Desa Rantau Hempang sudah banyak yang
berganti profesi, ada yang dari petani dan nelayan menjadi Karyawan
Perusahaan, Pegawai Negeri Sipil, Pedangang dan karyawan Swasta lainnya.
Tetapi sebagian dari masyarakat Desa Rantau Hempang masih ada yang
bertahan hidup dengan mengandalkan usaha pertanian dan nelayan dengan
penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
sehari-hari.
Kondisi ini bertambah parah karena susahnya transfortasi kekota apabila
dimusim penghujan mengingat jalan yang belum berbatu sehingga jalan
tanah tersebut kalau musim penghujan tidak bisa dilalui/dilewati
kendaraan yang akan keluar kota. Untuk menanggulangi hal ini Pemerintah
Desa terus memperjuangkan pembangunan dibidang infrastruktur, khususnya
dibidang Pembangunan Jalan Desa guna memperlancar pertumbuhan Ekonomi.
Kondisi Umum Desa Rantau Hempang
Luas Wilayah :22.002 Ha
Tanah Sawah :1.160 Ha
Tanah Pekarangan :250 Ha
Lain-Lain itinjau dari orbitasi Desa Rantau Hempang.
-Jarak Ke Ibu Kota Kecamatan terdekat :20 Km
-Lama Tempuh Ke Ibu Kota Kecamatan :30 Menit
-Kendaraan umum ke ibu kota kecamatan :Ketinting
-Jarak Ke Ibu Kota Kabupaten :80 Km
-Lama Tempuh Ke Ibu Kota Kabupaten :90 Menit
-Kendaraan Umum ke Ibu Kota Kabupaten :Kapal Air
-Jarak Ke Ibu Kota Provinsi :95 Km
-Lama Tempuh Ke Ibu Kota Provinsi :150 Menit
-Kendaraan umum Ke Ibu Kota Provinsi :Mini Bus
-Keadaan Topografi
Secara Umum keadaan topografi Desa Rantau Hempang adalah dataran rendah
dan merupakan daerah pertanian dan perikanan darat/tambak.sedangkan
fisik dasar sbb:
Iklim,
Memiliki iklim tropis ( dua musim ) yaitu musim hujan dan musim panas.
Klimatologi
Curah hujan :Lebat (5,6 mm)
Jumlah bulan hujan :4 bulan.
Suhu Rata-rata :30 derajat celcius.
Letak Ketinggian :900 dari permukaan laut.
-Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk
Jumlah Penduduk
Desa Rantau Hempang berpenduduk 1461 Jiwa dengan luas wilayah 22.002 Ha.
Dengan Klasifikasi Perempuan 585 Jiwa, Laki-Laki 876 Jiwa dan terbagi
dalam 348 Kepala Keluarga ( KK ) berdasarkan hasil pemetaan social dari
analisa penyebab kemiskinan yang telah dilakukan fasilitator desa/kader
desa di dapakan bahwa kurangnya pengembangan insfrastrukur umum seperti jalan, kebutuhan listrik yang saat ini lebih menggunakan jenset dengan biaya operasional yang relatif mahal. kurangnya perhatian pemerintah daerah akan fasilitas pendidikan seperti sekolah, pelatihan, kursus dan pelatihan kepada masyarakat adalah pengaruh terbesar pada kemiskinan masyarakat desa ini.
Langganan:
Postingan (Atom)